MENGASIHI TUHAN LEBIH DARI SIAPAPUN

Nas: _ Mazmur 138_ Alkitab, sebagai Firman Allah yang murni dan sejati, adalah dasar dari iman dan praktek orang Baptis. Oleh karena itu, kaum Baptis selalu tertarik untuk menyebarkan Kitab Suci sejauh mungkin dan seluas mungkin. Pernah kaum Baptis mendukung American Bible Society, yang terdiri dari anggota-anggota dari banyak denominasi yang katanya berdiri teguh pada Alkitab. Kaum Baptis memang ada melayani di Board of Managers dari organisasi itu, tetapi Reverend Spencer Houghton Cone, gembala dari Gereja Baptis Oliver Street di New York, adalah satu-satunya anggota Baptis yang duduk sebagai anggota komite. William Carey telah menonjol sebagai seorang ahli bahasa dalam pekerjaan misionarinya di India, dan pada tahun-tahun terakhir hidupnya, Dr. William Yates adalah penolongnya dan kemudian menjadi penerusnya. Seiring berjalannya waktu, Dr. Yates dan Reverend William Pierce merevisi pekerjaan terjemahan Alkitab ke dalam bahasa Bengali, yang diakui sebagai salah satu karya terbaik yang pernah dibuat ke dalam bahasa asing. Mereka menerjemahkan kata baptizo ke dalam bahasa Bengali yang artinya sama dengan “menyelamkan,” dan pihak British and Foreign Bible Society menolak untuk mencetaknya. Kemudian sebuah permohonan dibuat kepada American Bible Society, and walaupun kontribusi gereja-gereja Baptis cukup besar, American Bible Society juga menolak. Kaum Baptis di Amerika telah memberikan hampir seratus ribu dollar kepada perkumpulan tersebut, tetapi Perkumpulan tersebut menyisihkan kurang dari dua puluh sembilan ribu dollar untuk membantu dalam terjemahan-terjemahan yang dibuat oleh para misionaris Baptis. Perkumpulan itu mendukung sebuah versi Alkitab yang menerjemahkan baptizo dengan kata “percik,” tetapi mereka mempertimbangkan pihak kaum Baptis yang mendorong menerjemahkan kata Yunani tersebut dengan “selam.” Dr. Cone berargumentasi bahwa adalah benar-benar salah bagi perkumpulan tersebut untuk berusaha mengontrol hati nurani dari para misionaris yang berkualifikasi atau menentukan kata apa yang seharusnya mereka pindahkan (transliterasi) ke dalam terjemahan-terjemahan dan kata apa yang seharusnya mereka terjemahkan. Dalam sesi di mana American Bible Society mengasingkan kaum Baptis dari kelompok mereka, seorang pria yang mempertahankan baptisan bayi berdiri untuk berbicara. Dia berargumentasi bahwa peperangan selalu dihadapi oleh orang-orang Kristen, dan kita semua ada dalam satu pasukan yang besar. Musuh sudah siap menyerang, dan sebuah resimen yang tidak terus menerus menunjukkan kesatuan garis depan yang kuat, bersalah melakukan desersi. Segera setelah pidatonya itu selesai, Cone berdiri dan berkata, “Mr. Chairman: ‘Ada pasang surut dalam berbagai urusan manusia Yang jika diikuti pada saat pasang banjir, akan memimpin kepada keberhasilan; Tetapi jika diabaikan, maka untuk seterusnya hidup kita Akan terikat kepada tempat-tempat yang dangkal dan penuh penderitaan.’ Pada gelombang pasang itu, denominasi saya dimulai. Gelombang itu telah mencapai hingga kaki mereka. Gelombang itu memerintahkan mereka untuk naik ke kapal. Mereka tidak berani tidak mematuhi Allah yang mereka layani. Mereka tidak berani menutupi kebenaranNya, meninggalkan keberhasilan mulia, dan mendatangkan hukuman yang pantas karena terikat pada tempat-tempat yang dangkal dan kesengsaraan dalam hidup mendatangi mereka. Tuan, saya mencintai pasukan ini, tetapi saya jauh lebih mencintai regimen saya, dan entahkah mereka jatuh di tengah-tengah pegunungan Amerika, atau di dataran Burma, saya akan jatuh bersama mereka!”¹ Hanya satu tindakan yang tersisa bagi kaum Baptis. “Pada tanggal *12 Mei 1836,* (hari ini) suatu pertemuan besar berlangsung di Gereja Baptis Oliver Street, New York, dan setelah diskusi, pertemuan itu lalu mendirikan American and Foreign Bible Society. Rev. Spencer H. Cone . . . adalah presiden pertamanya.”² Kiranya Firman Allah yang diinspirasikan dan tanpa salah itu menjadi standar kita di zaman kita hari ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ALLAH SUNGGUH BAIK

PENGKHOTBAH YANG BERANI DAN LUAR BIASA

Lagu ini terdapat pada buku nyanyian NKB 83 “Nun Di Bukit Yang Jauh”. Judul aslinya adalah On a Hill Far Away/The Old Rugged Cross. Lagu ini, baik syairnya maupun melodinya, dikarang oleh George Bennard tahun 1913. Lagu ini termasuk sangat populer di abad kedua puluh. Di masa remajanya ia sudah menerima Yesus sebagai Juruselamat, dan ketika ayahnya meninggal sebelum George sendiri berumur enam belas tahun, ia bergabung dengan Bala Keselamatan. Kemudian ia ditahbiskan menjadi pendeta di gereja Metodis Episkopal, dimana pelayanannya sangat dihargai. Satu kali dalam perjalanan kembali ke Michigan ia mengalami pergumulan yang sangat mendalam tentang makna salib Yesus dan apa yang Rasul Paulus maksudkan tentang bersekutu dengan Kristus. Semakin ia merenungkannya ia bertambah yakin bahwa salib Yesus bukan sekedar simbol atau lambang saja, tetapi itulah inti Injil keselamatan. Bennard melanjutkan pelayanannya untuk menginjili selama empat puluh tahun berikutnya. Pada tahun 1958, pada umur delapan puluh lima tahun ia dipanggil Tuhan. “Salib itu kujunjung penuh, hingga saat tiba ajalku”, demikianlah kata-kata dalam syair lagunya dan itulah yang dilakukannya. Untuk mengenang dia, dekat rumahnya umat mendirikan salib setinggi tiga setengah meter dengan kata-kata “Di sini beristirahat George Bennard, pengarang ‘Salib di bukit’ “.