BERSUKACITA DI DALAM TUHAN

Mengapa seseorang sulit bersukacita? Karena hatinya ada masalah. Hubungannya dengan TUHAN ada yang tidak beres. TUHAN pencipta manusia telah meletakan hati nurani, akal budi pada setiap manusia. Agar manusia memiliki patokan dalam setiap tindakannya. Ketika manusia mengabaikannya, bahkan manusia sengaja menentang TUHAN, pasti timbul kegelisahan, ketakutan dalam hati manusia. Demikian juga di hati orang Kristen yang mengaku sudah bertobat percaya Tuhan Yesus sebagai juruslamat. Ketika orang tersebut mulai berjalan tidak sesuai firmanNya, pasti hidupnya tidak ada damai sejahtera. Salah satu kunci memiliki sukacita dari Tuhan Yesus adalah memiliki ketulusan hati, sukarela, memberi kepada Tuhan. Kasih itu memberi, berkorban, secara tulus tanpa ada paksaan. 1 Tawarikh 29:9 (TB) Bangsa itu bersukacita karena kerelaan mereka masing-masing, sebab dengan tulus hati mereka memberikan persembahan sukarela kepada TUHAN; juga raja Daud sangat bersukacita. 1 Tawarikh 29:17 (TB) Aku tahu, ya Allahku, bahwa Engkau adalah penguji hati dan berkenan kepada keikhlasan, maka aku pun mempersembahkan semuanya itu dengan sukarela dan tulus ikhlas. Dan sekarang, umat-Mu yang hadir di sini telah kulihat memberikan persembahan sukarela kepada-Mu dengan sukacita. Banyak pendeta memaksa, mengancam, mengutuk jemaatnya yang tidak memberi. Padahal kuncinya adalah di hati jemaat yang perlu diubahkan. Mereka perlu mengasihi Tuhan, bertobat dan beriman. Selanjutnya adalah urusan hati mereka sama Tuhan. Janji-janji Tuhan dalam firmanNya tidak pernah meleset, hukum tabur tuai yang Tuhan Yesus katakan tidak mungkin salah. Sahabatku yang terkasih, marilah datang kepada Tuhan Yesus dengan penyesalan bahwa dirimu orang berdosa dan minta pengampunan. Percayalah kepadaNya dengan segenap hatimu, jangan bersandar pada pengertianmu sendiri. Rasul Paulus berkata agar senantiasa penuh dengan Roh Kudus. Penuh dengan Roh Kudus bukan berarti kesurupan tak terkendali, dan mulut komat- kamit seperti dukun. Penuh dengan Roh Kudus adalah hati, akal budi, pikiran dan perbuatan kita sesuai dengan kehendak Tuhan Yesus dalam firmanNya Alkitab. Roh Kudus diberikan kepada orang percaya untuk menuntun orang percaya, supaya roh manusianya menjadi kuat, sehingga ia beroleh kesanggupan untuk melakukan kehendak Tuhan. Karena itu kita harus menjadikan firman Tuhan sebagai makanan rohani setiap hari. "Di mana ada kebenaran di situ akan tumbuh damai sejahtera, dan akibat kebenaran ialah ketenangan dan ketenteraman untuk selama-lamanya." (Yesaya 32:17). Bila hidup kita dipenuhi Roh Kudus, dari dalam hati kita akan mengalir sukacita sorgawi, sehingga kita dapat "...berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani. Bernyanyi dan bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati. Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu..." (Efesus 5:19-20). Setiap orang percaya yang hidupnya penuh Roh Kudus, hari-harinya akan dipenuhi dengan sukacita, sehingga nyanyian dan pujian bagi Tuhan keluar dari mulutnya dalam segala keadaan dan di setiap waktu. Orang percaya bersukacita bukan karena berkat-berkat semata-mata berkat jasmani, melainkan karena keselamatan jiwa yang telah Tuhan berikan bagi kita di dalam Kristus, dan karena dosa-dosa kita telah diampuni-Nya. Jadi, tidak ada alasan bagi kita untuk tidak bersukacita. "Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!" (Filipi 4:4). Lalu apa alasanmu tidak bersukacita? Seharusnya tidak ada alasan. "Bersukacitalah senantiasa." (1 Tesalonika 5:16). Senantiasa artinya di segala keadaan, segala kondisi. Berdukacita jika kita berdosa, melanggar firmanNya, bersedih karena banyak jiwa belum diselamatkan. Selain itu tetaplah bersukacita dalam Tuhan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ALLAH SUNGGUH BAIK

PENGKHOTBAH YANG BERANI DAN LUAR BIASA

Lagu ini terdapat pada buku nyanyian NKB 83 “Nun Di Bukit Yang Jauh”. Judul aslinya adalah On a Hill Far Away/The Old Rugged Cross. Lagu ini, baik syairnya maupun melodinya, dikarang oleh George Bennard tahun 1913. Lagu ini termasuk sangat populer di abad kedua puluh. Di masa remajanya ia sudah menerima Yesus sebagai Juruselamat, dan ketika ayahnya meninggal sebelum George sendiri berumur enam belas tahun, ia bergabung dengan Bala Keselamatan. Kemudian ia ditahbiskan menjadi pendeta di gereja Metodis Episkopal, dimana pelayanannya sangat dihargai. Satu kali dalam perjalanan kembali ke Michigan ia mengalami pergumulan yang sangat mendalam tentang makna salib Yesus dan apa yang Rasul Paulus maksudkan tentang bersekutu dengan Kristus. Semakin ia merenungkannya ia bertambah yakin bahwa salib Yesus bukan sekedar simbol atau lambang saja, tetapi itulah inti Injil keselamatan. Bennard melanjutkan pelayanannya untuk menginjili selama empat puluh tahun berikutnya. Pada tahun 1958, pada umur delapan puluh lima tahun ia dipanggil Tuhan. “Salib itu kujunjung penuh, hingga saat tiba ajalku”, demikianlah kata-kata dalam syair lagunya dan itulah yang dilakukannya. Untuk mengenang dia, dekat rumahnya umat mendirikan salib setinggi tiga setengah meter dengan kata-kata “Di sini beristirahat George Bennard, pengarang ‘Salib di bukit’ “.